Jumat, 09 Desember 2011
Selasa, 06 Desember 2011
BETON
Pengertian Beton
Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.
Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot, beton fiber, beton berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri dll.
Beton terdiri dari beberapa bahan dasar diantaranya, air, semen Portland, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), fungsi masing-masing komponennya adalah agregat berfungsi sebagai bahan pengisi, air dan semen yang bereaksi membentuk pasta yang lambat laun mengeras berfungsi sebagai perekat yang merekatkan agregat-agregat yang semula terpisah.
Dari masing-masing komponen pembentuknya terdapat beberapa kriteria yang harus terpenuhi agar dapat membuat beton yang baik dan memenuhi standar, air yang digunakan dalam pembuatan beton adalah air yang kualitasnya baik untuk pembuatan beton, air yang cukup baik untuk diminum, bebas dari sampah, bahan-bahan organik dan bahan-bahan kimia berbahaya. Karena kekuatan beton tergantung pada jumlah perbandingan air dan semen.
Semen adalah kombinasi dari berbagai mineral yang jika dicampurkan dengan air akan mengalami hidrasi dan dengan cepat akan mengeras biasanya antara 4-6 jam. Semen yang biasa digunakan untuk membuat beton adalah semen Portland. Semen Portland terbagi menjadi 5 jenis, semen Portland adalah semen standard yang digunakan saat ini dalam industri bangunan.
Agregat hampir merupakan material penyusun terbanyak dalam pembuatan beton prosentasenya sekitar 60 sampai 80 %. Pasir, kerikil, dan batu pecah merupakan agregat utama yang biasa digunakan.
Ada banyak kelebihan yang dimiliki beton sehingga beton banyak digunakan dalam bangunan-bangunan teknik sipil, diantaranya dari faktor ekonomi bahan-bahan yang digunakan banyak tersedia dan mudah didapatkan serta dapat menambah ketebalan bangunan sehingga mengurangi beban angin, dari segi arsitektural dan struktural beton juga sangat cocok sebagai bahan bangunan, karena beton memiliki mobilitas yang tinggi, dan disainer dapat memilih bentuk dan ukurannya. Selain itu beton juga tahan terhadap api hingga 1 sampai 3 jam. Beton juga memiliki kekakuan yang besar sehingga tahan terhadap beban angin, serta getaran lantai. Selain itu beton juga perawatannya mudah.
Tetapi disamping itu beton juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya, kekuatan volume per unti yang relatif rendah, kuat tarik yang rendah dan lain sebagainya.
Ada berbagi jenis beton yang telah digunakan dan dikembangkan hingga saat ini, pembagian beton berdasarkan kuat tekannya di bagi menjadi 5 yaitu,
1) Beton sederhana
2) Beton normal
3) Beton prategang
4) Beton kuat tekan tinggi
5) Beton dengan kuat tekan sangat tinggi
Tetapi selain jenis-jenis beton diatas ada juga beberapa jenis beton spesial, Beton spesial yang dimaksud adalah jenis beton selain beton normal seperti yang umum dijumpai sehari-hari yang biasanya terbuat dari campuran semen Portland dan agregat alami dan dibuat secara konvensional.
Beton spesial mempresentasikan kemajuan teknologi beton yang dikembangkan untuk menanggulangi kekurangan yang dimiliki beton normal.
Beberapa jenis beton yang bisa dikategorikan sebagai beton spesial diantaranya adalah :
1. Beton Ringan (Lightweight Concrete)
Dibuat dengan menggunakan agregat ringan atau dikombinasikan dengan agregat normal sedemikian rupa sehingga dihasilkan beton dengan berat isi yang lebih kecil (lebih ringan) daripada beton normal. Berat isi beton ringan mencapai 2/3 dari beton normal. Tujuan penggunaan beton ringan adalah untuk mengurangi berat sendiri dari struktur sehingga komponen struktur pendukungnya seperti pondasinya akan menjadi lebih hemat.
2. Beton mutu tinggi (High Strength Concrete)
Beton dengan kuat tekan yang lebih besar dari 40 MPa sudah bias dikategorikan sebagai beton mutu tinggi.
Beton ini dikembangkan untuk membuat struktur yang menuntut tingkat kepentingan yang tinggi misalnya bangunan2 dengan tingkat keamanan tinggi seperti jembatan, gedung tinggi, reaktor nuklir dan lain-lain.
3. Beton dengan workabilitas tinggi (High Workability Concrete)
Umumnya tingkat kesulitan dalam pengerjaan beton dikaitkan dengan tingkat keenceran campurannya atau kemampuannya mengalir (flowing consistency), semakin encer beton akan semakin mudah dikerjakan.
Tetapi jangan salah, encer yang dimaksud bukan semata encer karena diberi banyak air, justru dengan kebanyakan air mutu beton akan semakin rendah karena material penyusunya bisa terpisah-pisah (segregated).
Yang dimaksud disini adalah beton yang mudah mengalir tetapi tetap memiliki mutu yang baik seperti beton normal atau mutu tinggi.
4. Beton Serat (Fiber Reinforced Concrete)
Adalah beton yang materialnya ditambah dengan komponen serat yang bisa berupa serat baja, plastik, glass ataupun serabut dari bahan alami.
Walaupun serat dalam campuran tidak terlalu banyak meningkatkan kekuatan beton terhadap gaya tarik, perilaku struktur beton tetap semakin baik misalnya meningkatkan regangan yang dicapai sebelum runtuh, meningkatkan ketahanan beton terhadap benturan dan menambah kerasnya beton.
5. Beton dengan Polimer (Polymers Concrete)
Dengan pemberian polimer sebagai bahan perekat tambahan pada campuran beton, akan dihasilkan beton dengan kuat tekan yang lebih tinggi dan dalam waktu yang lebih singkat. Bahan yang ditambahkan bisa berupa latex maupun emulsi dari bahan lain.
Jenis ini cocok digunakan pada pekerjaan-pekerjaan pembetonan dalam keadaan darurat seperti terowongan, tambang dan pekerjaan lain yang membutuhkan kekuatan beton dalam waktu singkat bahkan dalam hitungan jam.
Disamping itu, jenis beton polimer bisa dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap bahan kimia tertentu.
Metode panambahan polimer selain pada campuran beton, bisa juga dilakukan pada saat beton sudah kering dengan tujuan untuk menutup pori-pori beton dan retak kecil (microcrac) karena pengeringan sehingga didapatkan beton yang kedap air (inpermiable) sehingga keawetan beton bisa meningkat.
6. Beton Berat (Heavyweight Concrete)
Kebalikan dari beton ringan adalah beton berat, dimana beton jenis ini memiliki berat isi yang lebih tinggi dari beton normal (2400 kg/m3) yaitu sekitar 3300 kg/m3 sampai 3800 kg/m3 . Beton berat biasanya digunakan pada bangunan-bangunan seperti untuk perlindungan biologi, instalasi nuklir, unit kesehatan dan bagunan fasilitas pengujian dan penelitian atom.
Beton berat dibuat dengan menggunakan agregat berat seperti bijih besi maupun bahan alami yang berat.
7. Beton Besar (Mass Concrete)
Merupakan beton pada struktur masif dengan dengan volume yang sangat besar seperti pada bendungan, pintu air maupun balok dan pilar besar dan masif.
Beton berat dibuat dengan perlakuan yang berbeda dengan beton normal mengingat timbulnya panas yang berlebihan pada campuran beton dan terjadinya perubahan volume yang juga menjadi sangat besar.
Perlakuan untuk penanganan beton berat bisa dilakukan dengan mengubah komposisi campuran seperti pengurangan semen, penambahan bahan aditif pembentuk gelembung udara dan penggunaan agregat yang memiliki kepadatan tinggi.
8. Beton Dengan Pemadatan Roller (Roller Compacted Concrete)
Pada pekerjaan-pekerjaan besar dan khusus seperti jalan berbahan beton dan bendungan, pemadatan beton harus dilakukan dengan menggunakan roller vibrator .
Untuk pemadatan dengan roller, campuran beton harus cukup kering agar roller tidak teggelam tatapi tetap harus memiliki sifat basah agar distribusi bahan perekat (semen) ke seluruh permukaan agregat menjadi merata.
Sejarah perkembangan beton pada masa lampau juga tak kalah pentingnya untuk dibahas, beton pada zaman dahulu sudah digunakan hanya saja material pembentuk serta kekuatannya belum seperti sekarang, pada 2500 SM bangsa Mesir sudah menggunakan mortar untuk membangun pyramid, lalu pada 300 SM bangsa Romawi telah menggunakan Beton yang berdasarkan mortar pada segala jenis bangunan, kata semen (cement) dan beton (concrete) berasal dari bahasa romawi, yaitu “caementum” yang berarti butiran batu dan “concretus” yang berarti tumbuh bersama-sama.
Dan masih banyak lagi contoh-contoh bangunan masa lampau lainnya yang telah menggunakan teknologi beton diantaranya colloseum, tembok besar China, hingga saat ini beton masih terus dikembangkan dan digunakan pada bangunan-bangunan teknik sipil.
GAMBAR BANGUNAN
MEMBUAT GAMBAR RENCANA
A. Menggambar Proyeksi Bangunan
Uraian pada bagian ini merupakan uraian umum mengenai gambar proyeksi bangunan. Gambar proyeksi yang diuraikan adalah gambar proyeksi perspektif. Untuk dasar-dasar dari menggambar proyeksi dapat dilihat dan dipelajari dalam buku-buku dasar menggambar teknik bangunan.
Menggambar proyeksi perspektif adalah salah satu cara pengungkapan ide/gagasan atau imajinasi yang sangat natural (dalam arti sesuai dengan kemampuan pandangan mata) dan mudah dimengerti oleh pemberi tugas atau orang lain yang bukan ahli bangunan/arsitek. Hal tersebut disebabkan, gambar proyeksi perspektif memperlihatkan rencana ruang-ruang (space) dan massa bangunan dalam bentuk tiga dimensi. Untuk dapat membuat gambar proyeksi perspektif diperlukan pedoman gambar kerja/bestek berupa; gambar denah, potongan melintang, potongan memanjang, tampak depan, samping kiri, dan kanan dengan skala yang benar. Dengan kemampuan dan kemahiran menerapkan skala pada gambar denah, potongan, dan tampak secara proyeksi perspektif, akan diperoleh gambar proyeksi perspektif yang mendekati realita/kenyataan pandangan terhadap rencana bangunan sebenarnya.
Pembuatan gambar proyeksi perspektif terdiri dari dua sudut pandang, yaitu;
1. Gambar proyeksi perspektif menggunakan dua titik lenyap setinggi mata orang (ibarat orang memotret dengan berdiri tegak). Gambar proyeksi perspektif model ini sering digunakan para arsitek untuk menggambar proyeksi perspektif, karena obyek bangunannya tidak terlalu besar dan menampakkan bentuk bangunan 3 (tiga) dimensi dengan jelas,
2. Pengambilan gambar perspektif menggunakan dua titik lenyap dengan mata burung (bird eye). Gambar proyeksi perspektif dengan model ini dilakukan bila obyek bangunannya besar sekali, dan bentuk bangunan akan tampak semuanya, tetapi prosentasenya lebih banyak terlihat bagian atap bangunan (ibarat orang memotret dengan memanjat pohon yang tinggi atau naik di atas menara). Model proyeksi perspektif ini
jarang digunakan para arsitek karena tidak dapat menampakkan gambar bangunan dengan jelas.
B. Menggambar Sketsa
Gambar sketsa adalah pembuatan gambar tanpa melalui alat bantu menggambar yang biasa digunakan, yaitu penggaris. Alat bantu yang digunakan dalam gambar sketsa adalah imajinasi dan penalaran pandangan mata. Gambar sketsa sering digunakan oleh para arsitek dalam merencanakan bangunan. Yang sering digunakan adalah sketsa untuk merencanakan interior dan eksterior bangunan.
Gambar sketsa juga sering digunakan untuk menggambar proyeksi perspektif. Gambar tersebut dihasilkan tanpa melalui bantuan gambar denah, potongan, dan tampak. Dasar yang digunakan dalam menggambar sketsa proyeksip perspektif, baik interior maupun eksterior adalah imajinasi dan penalaran pandangan mata yang cekatan dan kuat dalam alam pikiran seseorang. Gagasan tentang rancangan bentuk rumah/bangunan sudah tergambar secara menyeluruh dalam imajinasi dan penalaran. Bila hasil sketsa tersebut akan diterapkan dalam pembuatan bangunan, maka dari gambar sketsa yang dihasilkan tersebut baru dibuat gambar rencana secara lengkap yang meliputi denah, potongan, dan tampak.
C. Membuat Gambar Kerja dan Daftar Komponen
Gambar kerja merupakan dasar bagi pelaksana untuk melakukan pekerjaan bangunan di lapangan. Gambar kerja didasarkan dari gambar konstruksi yang memuat detail-detail dari setiap komponen pekerjaan bangunan. Beberapa komponen yang gambar kerja adalah;
1. Gambar pondasi,
2. Gambar penulangan beton (sloof, kolom, dan ring balok),
3. Gambar dinding dan plesteran,
4. Gambar kusen (pintu dan jendela) beserta daunnya,
5. Gambar kuda-kuda dan atap,
6. Gambar plafon,
7. Gambar Instalasi air dan plumbing, dan
8. Gambar instalasi listrik.
Untuk memahmi lebih lanjut tentang gambar kerja, maka disarankan untuk mempelajarinya pada buku-buku menggambar konstruksi bangunan gedung
D. Membaca Gambar Konstruksi
Gambar konstruksi untuk merencanakan dan membuat suatu bangunan terdiri atas; gambar denah, gambar potongan, dan gambar tampak.
1. Gambar Denah
Denah merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu gambar konstruksi. Denah berasal dari kata latin "planum" yang berarti "dasar". Lebih jauh diartikan sebagai lantai atau tempat dimana kita berpijak. Gambar denah sebenarnya adalah gambar potongan suatu bangunan dalam bidang datar dengan ketinggian antara ±80-100 cm di atas lantai normal (lantai yang mempunyai ketinggian dari titikduga ±0.00).
Tujuan pembuatan gambar denah adalah untuk menjelaskan ruang-ruang tiga dimensional yang direncanakan, baik dari segi hubungan maupun fungsinya. Oleh sebab itu, pada gambar denah memuat batas-batas ruang, arah dari membukanya pintu/jendela, notasi-notasi ketinggian lantai. Gambar denah tersebut informatif bila saat dilihat/dibaca dapat dirasakan dimensi dan keleluasaan ruang serta dapat mengenal fungsin ruang.
2. Gambar Potongan
Gambar potongan adalah gambar bangunan yang diproyeksikan pada bidang vertikal dan posisinya diambil pada tempat-tempat tertentu, terutama adalah duga lantai yang negatip (turun). Gambar potongan menunjukkan semua bahan-bahan, baik eksterior maupun interior yang akan digunakan dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang merupakan kunci dari sistem bangunan tersebut, seperti bagian-bagian mekanikal, plumbing dan sebagainya. Fungsi gambar potongan adalah menunjukkan proporsi ruang interior dan penyelesaiannya.
3. Gambar Tampak
Gambar proyeksi orthogonal, sehingga secara grafis terlihat sebagai gambar dua dimensi yang datar. Gambar tampak terdiri atas 4 (empat) sisi pandang, yaitu tampak muka, samping kiri, samping kanan, dan belakang.
Gambar tampak hams memperlihatkan;
a. Karakter dari bangunan itu sendiri.
b. Proporsi dan skala terhadap manusia (pemakainya).
Gambar 1-9, Gambar Tampak Muka
Gambar 1-10, Gambar Tampak Samping Kiri
Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana
c Segi-segi lain yang menyangkut perihal ekspresi keindahan serta hubungannya dengan gambar denah dan gambar potongan yang memperlihatkan konstruksinya.
4. Gambar Rencana
Gambar denah, potongan, dan tampak biasanya disatukan dalam satu kertas gambar sebagai satu kesatuan dari gambar rencana bangunan. Hal tersebut merupakan merupakan dasar dari pelaksanaan pekerjaan bangunan. Selain itu, keberadaan gambar-gambar tersebut diperlukan dalam mengurus Ijin Mendirikan Bangunan (1MB).
KAYU
1. GERGAJI
Didalam pekerjaan-pekerjaan menukang kayu, gergaji termasuk salah satu perkakas yang sangat penting sebagai alat potong dan belah untuk membagi-bagi kayu dalam beberapa bentuk potongan yang dikehendaki. Juga sering sekali dipergunakan orang mulai sejak penebangan pohon sampai dijadikan bahan kayu ramuan, bahkan sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya. Gergaji terbuat dari sebilah baja tipis, yang salah satu tepinya dibuat bergigi tajam dan diberi tangkai pemegang dari kayu. Ditinjau dari penggunaannya, gergaji dibuat dalam dua bentuk yaitu gergaji pemotong dan gergaji pembelah. Dalam gambar 1-1 dan 1-2 diperlihatkan dua bentuk dasar dari gigi-gigi gergaji itu.
1.1. Gergaji Tangan
Daun gergaji tangan dibuat dari semacam baja yang berkwalitas baik, dan cukup kaku mengingat gerak dorong dalam menggergaji, dan disamping itu mempunyai daya pegas agar tidak dapat menjadi bengkok. Selain berkwalitas baik dan mempunyai daya pegas, daunnya tidak boleh terlalu tebal (gambar 1.3). Panjang gergaji tangan yang terdapat dalam perdagangan adalah dari 10″ sampai 30″ atau 25 cm » sampai 75 cm. Untuk mengetahui kwalitas yang baik dari daun gergaji tangan, harus dipergunakan bunyi nyaring yang terjadi, jika dipukul dengan sepotong besi sambil dipegang tangkai pemegangnya. Dan untuk mencoba gaya pegas dari daunnya bisa dipegang kedua ujung daunnya Ialu dilengkungkan sampai kira—kira 90° sesudah itu dilepaskan, daun gergaji harus kembali tetap dalam keadaan semula. Selain itu daunnya harus rata dan gigi-giginya harus rapih dan Iurus.
Ada dua macam gergaji tangan:
a. Gergaji tangan pemotong.
b. Gergaji tangan pembelah.
Gergaji tangan pemotong dipergunakan untuk memotong kayu, dengan arah menggergaji adalah tegak Iurus terhadap arah urat kayu, sedangkan posisi gergaji berbentuk sudut 45° terhadap permukaan kayu (gambar 1.4). Sedangkan gergaji pembelah dipergunakan pembelah kayu dan arah menggergaji searah dengan arah urat kayu. Sedangkan posisi gergaji berbentuk sudut 60° terhadap permukaan kayu (gambar 1.5).
Dilihat dari kegunaan gergaji tangan ini maka bentuk giginya pun berlainan pula. Untuk gergaji pemotong geriginya dikikir miring, karena untuk memotong (mengarat) urat-urat kayu, dan miringnya dikikir kira-kira 60° sampai 80° terhadap daun gergaji (gambar 1,6). Dan untuk gergaji tangan pembelah, giginya dikikir tegak, jadi dikikir 90° terhadap daun gergaji (gambar 1.7). Kikir yang dipergunakan untuk mengikir gergaji tangan ialah kikir halus yang berbentuk segi tiga sama sisi.
Untuk mencegah daun gergaji terjepit pada waktu dipakai, maka ujung gerigi itu, baik untuk gergaji pemotong maupun gergaji pembelah, selang satu gig dibengkokkan ke kiri dan ka kanan. Pembengkokan ujung geriginya kira-kira 1/3 dari tinggi gerigi. (gambar 1.8). Lebar pembengkokannya juga harus sama besar ke kiri dan ke kanan. Untuk kayu basah lebar bengkokannya sama dengan 2 x tebal daun gergaji. Dan untuk kayu kering lebar bengkokannya sama dengan 1x tebal daun gergaji.
Alat untuk membengkokkan gerigi gergaji dipakai sebuah gegep bengkok (zattang) atau alat khusus yang terbuat dari plat baja. Untuk menentukan kasar dan halusnya gigi gergaji dapat dilihat dari nomor gergaji yang terdapat pada tumit daun gergaji. Yang maksudnya nomor tersebut menunjukkan jumlah gigi dalam 1″ (inci).
Contoh: Gatgaji no. 8 manunjukkan banyaknya
gigi dalam 1″ tardapat 8 gigi. (gambar 1.8A).
1.2. Gergaji Punggung.
Gergaji gunggung terbuat dan baja yang sangat tipis, dan pada bagian atasnya atau punggungnya diberi tulang. Tulang ini berguna supaya daun gergaji cukup kaku. Ukuran panjang daun gergaji dibuat dari 10″ sampai 20″. Ukuran panjang yang satu `dengan yang lainnya berturut-turut barbeda-beda (misalnya 10″ -12″ – 14″ dan seterusnya).
Gigi-gigi gergaji punggung sangat halus sekali sehingga mempunyai gigi 12 sampai 14 tiap inci. (gambar 1.14). Gergaji punggung sering sekali digunakan pada pekerjaan kayu yang kecil-keciI dan yang halus-halus, misalnya pada pembuatan poros, membuat sarongan 45°, membuat sambungan ekor burung dan Iain sebagainya, terutama pada pekerjaan-pekerjaan meubel (gambar 1.16).
1.3. Gergaji Tarik Dan Bentang
Di dalam praktek kerja kayu gergaji tarik dan bentang adalah alat untuk mamotong dan membelah kayu, terutama mengiris kayu dolok dan balok besar manjadi balok-balok atau papan-papan dalam ukuran yang dikehendaki.
Gergaji semacam ini terdiri dari sebilah daun gergaji dari baja (blade), yang satu bagian sisinya bergigi tajam, gigi-gigi gergaji tersebut ada dua macam yaitu gigi pemotong dan gigi pembelah (gambar 1.20). Gergaji tarik digunakan pada penebangan pohon, memotong batang kayu yang besar-besar, dan pemotongan dolok-dolok dan balok yang besar.
Sedangkan gergaji bentang banyak digunakan untuk membalah dolok-dolok atau balok kayu yang besar-besar, dan pekerjaan mengiris kayu yang Iebar-lebar untuk papan.
1.4.Gergaji Bentang Ukuran Kecil
Selain daripada gergaji bentang yang telah diutarakan terdahulu, terdapat pula gergaji bentang dalam ukuran kecil yang biasa digunakan untuk membelah dan memotong kayu dalam ukuran yang kecil-kecil pula, pelaksanaan pengerjaan hanya dilakukan oleh satu orang. (gambar1.23).
Adapun gunanya selain untuk memotong dan
membelah/mengiris kayu dalam ukuran yang kecil-kecil dapat pula digunakan pada pekerjaan-pakerjaan membuat sambungan purus daun pintu/jendela serta pada pekerjaan Iainnya, seperti memotong dada-dada cowakan dalam posisi tegak dan miring, selain untuk kayu dapat pula dipakai mamotong bambu juga. Untuk pekerjaan halus pada pembuatan perabot rumah tangga dari kayu.
1.5. Gergaji Gerek
Gergaji gerek pada umumnya digunakan untuk menggarek kayu yang berbentuk sisi Iengkung dan cekung .atau dalam bentuk Iingkaran, baik Iingkaran Iuar maupun dalam, tidak terbatas tipis dan tebalnya kayu yang dikerjakan, maupun jenis kayu papan atau jenis multiplex / triplex.
Punggung daun gergaji garek labih tipis daripada gigi-giginya dalam bentuk tirus ke arah tebalnya. Bentuk gigi dikikir serong berganti-ganti dalam keadaan bolak-balik. (gambar 1.24).
Adapun gunanya ialah untuk menggergaji sisi tebal kayu yang cekung, seperti pada pekerjaan membuat kaki kursi / meja antik dan macam-macam pekerjaan Iainnya. Dapat pula digunakan dalam pekerjaan memotong garis Iubang bulat dangan garis tengah ukuran besar, seperti pada pekerjaan membuat Iubang peti pengeras suara dan macam-macam pekerjaan Iainnya.
2. KETAM
Ketam ialah sebuah perkakas / alat untuk menghaluskan serta meratakan permukaan kayu. Ketam terdiri dari rumah ketam dan mata ketam. Rumah ketam ada yang dibuat dari kayu dan ada juga dari besi tuang. (gambar 1-29a dan 1-29b). Untuk rumah ketam dari kayu biasanya dipakai kayu berat, misalnya kayu sawo, kayu pasang. Lubang mata ketam bersudut 45°, terhadap bidang dasar rumah ketam dan Iebarnya disesuaikan Iebar mata ketam.
Untuk mengkokohkan mata ketam dengan rumah ketam digunakan baji. Supaya ketam dapat diatur maka pada mata ketam digagang Iidah, yang berguna pula untuk mematahkan sisa tatal.
Ketam yang sederhana terdiri dari rangka kayu, bagian mata ketamnya dibuat dari baja yang Iunak dan sisi tajamnya (cuttingedga) dari baja keras. Pada rangka ini dibuat Iubang bersudut 45° terhadap telapak rangkanya, lebar Iubang disesuaikan dengan mata ketam yang dipergunakan.
Karena ketam itu adalah alat untuk menyayat serat kayu, maka harus berat, apalagi kalau menyayat yang berlawanan dengan serat kayu, sehingga mata ketam akan menyayat lebih dalam Iagi. Untuk itu maka pada mata ketam dipasanglah Iidah (pematah sayatan) yang gunanya untuk mematahkan sisa pangetaman (tatal). Dengan dipasang Iidah pematah tatal maka tebal hasil ketaman dapat diatur.
Untuk mengokohkan rnata ketam dengan rangka (rumah ketam) dipasang baji.
Ukuran ketam ditentukan oleh lebarnya mata ketam yaitu dari ukuran 1″ sampai 2″. Mata ketam itu mempunyai sudut penajaman di antara 25° sampai 30° (gambar 1.32) atau kira-kira 2 X tebal mata ketam.
Adapun macam-macam ketam yang sering digunakan ialah:
1. Ketam pendek kasar (jack plane).
2. Ketam pendek halus (smooth plane).
3. Ketam panjanrg (jointer plane).
4. Ketam sponing (rabbet plane).
5. Ketam tongkat (spoke shave).
2.1. Ketam Pendek Kasar (Jack Plane)
Sesuai dengan namanya ketam ini gunanya untuk menghilangkan permukaan kayu yang kasar bekas penggergajian atau bekas pemotongan. Jadi hanya meratakan permukaan kayu yang bergelombang-gelombang tinggi saja.
Bentuk yang sederhana dari rangka (rumah) ketam inii terbuat dari kayu. Di Indonesia biasanya terbuat dari kayu sawo, pasang dan sebangsanya yang mengandung minyak (gambar 1.29).
Ukuran ketam ini panjang 20 cm, tinggi 6 cm dan Iebarnya tergantung dari Iebar mata ketam ditambah 1 cm. Bentuk rumah ketam ini ada bermacam-macam seperti bentuk ketam tanduk, bentuk ketam cina yang pada rangkanya diberi kayu melintang dan ada juga yang terbuat dari besi tuang (gambar 1.30).
Untuk ketam yang rumah ketamnya terbuat dari besi tuang selain harganya mahal, pada permukaan kayu hasil pengetaman terdapat goresan-goresan bekas sisi rumah ketam, terutama pada kayu lunak.
Lebar mata ketamnya biasanya berukuran dari 1″ sampai dengan 2″. Sudut penajaman antara 25° sampai dengan 30°, atau miring penajaman sama dengan 2 X tebal mata ketam (gambar 1.31.). Bagian sisi tajamnya (cutting edge) untuk ketam ini diasah agak bundar seluruh Iebarnya.
2.2. Ketam Pendek Halus
Ketam pendek halus ukuran dan bentuknya hampir sama dengan ketam pendek kasar. (gambar 1.32). Gunanya untuk menghaluskan permukaan kayu yang sudah diketam terlebih dahulu oleh ketam pendek kasar. Hasil pengetaman dengan ketam ini sangat halus, rata dan Iicin. Sudut penajamannya sama dengan ketam pendek kasar, hanya ada sedikit perbedaan, di kedua ujung sisi tajamnya (cutting edge) dibuat Iengkung sedang bagian tengahnya rata dan tegak lurus terhadap sisi ketam.
2.3. Ketam Panjang
Ketam panjang gunanya untuk mengetam kayu yang panjang-panjang supaya parmukaan kayu itu menjadi Iurus dan rata. Bentuk dari ketam panjang hampir sama seperti bentuk ketam pendek yaitu terdiri dari sebuah rumah ketam dari kayu yang dipasangi sebuah mata ketam dalam bentuk sudut 45°, mata ketamnya lebih Iebar daripada mata ketam pendek (gambar 1.44).
Keterangan gambar 1.44
1. Rumah-rumah ketam.
2. Dop (tombol) untuk mengatur mata ketam.
3. Lubang di mana mata ketam dipasang.
4. Baji dari kayu.
5. Mata ketam.
6. Pegangan ketam.
Sesuai dengan kegunaan ketam panjang, maka rumah ketamnya pun harus panjang kurang Iebih 60 cm. Pada bagian muka atas dari rumah ketam dipasang paku baja yang barkapala basar, biasanya dipakai paku kaling.
Paku tombol dipukul dangan palu untuk menaikkan atau membuka mata ketam. Sedangkan di atas bagian belakang mata ketam dipasang pegangan. Pada gambar 1.45 diperlihatkan cara pengetaman kayu tipis yang Iebih Iebar dari ketamnya, dimana keempat jari tangan kiri diletakkan di sisi kanan ketam, dan ibu jari di sebelah kirinya. Jika menarik kembali, ini tidak dilakukan dengan mengangkat bagian belakangnya sedikit seperti yang dilakukan pada ketam pendek, akan tetapi dimiringkan sedikit keluar. Maka dari itu sebaiknya pegangannya tidak dipasang tepat di tengah-tengah rumah ketam. Jika mengetam lurus pada pinggir papan, ibu jari kiri ditempatkan di bagian atas, dan ujung keempat jari yang Iain di bagian bawah kiri dari katam (gambar 1.46).
2.4. Ketam Seponing
Terdapat dalam dua macam bentuk ketam seponing yaitu:
1. Ketam seponing tetap.
Ketam seponing tetap, besarnya tidak dapat berubah. Rumah ketam seponing macam ini mempunyai berbagai ukuran besarnya, sesuai dengan mata ketamnya. Ketam ini hanya dapat dipergunakan membuat seponing pada sisi sudut yang searah dengan arah urat • kayu. (gambar 1.57).
2. Ketamseponing dapat diatur.
Ketam seponing ini dapat diatur Iebar dan dalamnya seponing yang dikehendaki yaitu dengan jalan menyetel pengatur dalam dan Iebarnya. (gambar 1.58). Ketam seponing dapat diatur mampunyai pisau muka dekat mata ketamnya, sehingga selain dapat digunakan untuk membuat seponing pada sisi sudut yang searah dengan arah urat kayu dapat pula ketam seponing ini dipergunakan untuk membuat seponing pada sisi sudut yang melintang dengan arah urat kayu di mana pisau muka kerjanya memotong / menyayat urat-urat kayu,
Ukuran Iebar mata ketam hampir sama dangan mata ketam biasa. Pada waktu mengeluarkan pisau ketam seponing tersebut dar) rumah katam dengan memukul baji penguat / peneguh mata ketam dengan palu besi kecil. Agar kaitan dekat kepala baji tidak belah maka harus dipukul oleh bagian badan dari palu.
2.5. Ketam Pinggir
Katam pinggir sebaliknya dari ketam saponing. Ketam pinggir tidak mempunyai pengatur ukuran, dan termasuk golongan ketam Iepas. Mata ketamnya tegak Iurus terhadap sisi rumah ketam. Untuk mengasah ketam ini harus tegak Iurus. Pengokoh kadudukan mata ketam adalah baji. Bagian bawah baji agak miring, untuk mengikis pengetaman ke kanan atau ke kiri, terutama untuk mengetam bidang yang tidak selebar mata ketamnya. Pada kedua samping ketam pinggir terdapat cowakan tembus, guna mengeluarkan sisa pengetam-an. Bagian bawah baji agak jauh Ietaknya dari mata ketam. Ujung mata ketam harus diletakkan sesuai dengan rumah ketam agar tidak menggetar waktu dipakai. (gambar 1.60).
Pemukul baji tidak usah keras-karas, untuk menjaga pecahnya rumah ketam bagian dekat cowakan.
Mata ketam yang baru dipasang kembali pada rumah ketam harus hati-hati meletakkan bajinya agar kedudukan mata katam tetap teguh dan tepat. Mengatur kedudukan mata ketam yaitu dengan memukul sisi rumah ketam yang berlawanan dan mata ketam yang menonjol dari kedua sisi rumah ketam 0,5 mm.
Ketam pinggir digunakan sebagai alat untuk, membersihkan / menghaluskan hasil pengetaman seponing yang masih kasar / kurang sempurna. (gambar 1.61a / 1.61b).
2.6. Ketam Cekung Dan Cembung
Ketam cekung dan cembung termasuk dalam golongan ketam Iepas bersifat tetap dan tidak mempunyai pengatur. Sepasang ketam macam ini terdiri dari berbagai ukuran. Lebarnya muiai dari 1/8″ sampai dengan 11/4″. Dipakai mengetam dengan bebas tidak bertangkai (gambar 1.64). Mata ketam bundar penajamnya dibuat Iebih bundar dari telapaknya, agar mencegah sudut ketam menyayat kayu. Sama pula halnya dengan ketam cekung penajamnya tidak begitu Iengkung. Rumah ketam macam ini diberi cowakan pada salah satu sisinya guna mengeluarkan sisa pengetaman.
Ketam cekung digunakan untuk mengetam sisi sudut dan bidang permukaan menjadi bundar atau cembung kebalikan dari mata ketamnya. Ketam cembung digunakan untuk mengetam sisi sudut dan bidang permukaan kayu menjadi cekung. Ketam cekung dan cembung ini sangat tepat untuk pekerjaan membuat alur-alur yang terdapat pada ambang air dan alur engsel pada kusen pintu dan jendala, juga pada pekerjaan-pekerjaan yang harus diberi alur atau dipinggul (gambar 1.65).
2.7. Ketam Alur / Bajak
Terdapat dua macam ketam ini, yaitu
1. Ketam alur / bajak tetap.
2. Ketam alur / bajak dapat diatur.
Ketam alur / bajak tetap tidak mempunyai pengatur Iebar. Sedangkan ketam alur / bajak dapat diatur, mempunyai pengatur Iebar dalamnya pengetaman (gambar 1.66).
Untuk mengatur ukuran Iebarnya yaitu dengan jalan memindahkan mur sepanjang tongkat berulir. Kedua tongkat itu harus distel hingga mencapai ukuran Iebar alur yang dikehendaki. Ada juga pengatur dengan sekrup dan mur kupu-kupu yang dijepitkan pada bidang ketamnya. Pengatur dalam alur terdiri dari dua sekrup yang dipasang tegak Iurus dan pada bagian atasnya terdapat cincin pemutar sekrup.
Telapaknya terdiri dari sehelai daun baja terbagi dalam dua bagian yang dipasang di samping rumah ketam. Bagian belakang mata ketam tidak dibuat selebar bagian mukanya, guna menghindarkan terjepitnya
alur yang diketam. Kedua ujung sisi mata ketam sedikit dibundarkan agar pengetaman tidak menyerut pinggiran.
Ukuran Iebar mata ketam mulai dari 4 sampai dengan 12 mm masing-masing dipasang pada satu rumah ketam saja, tidak seperti ketam pinggir.
Baji dibuat dalam bentuksedemikian rupa sehingga sisa pengetaman akan keluar berlawanan arah dari posisi yang mengatam. Baji tidak usah dipukul terlalu keras karena telapak baja dapat ikut serta keluar yang mengakibatkan tidak sama tingginya.
Lebih jeias Iagi bahwa sesuai dengan namanya ketam alur / bajak dipergunakan untuk membuat alur-alur, saperti pada pekerjaan penempatan papan panil.
2.8. Ketam Pipi
Sepintas bentuknya hampir sama dengan ketam pendak biasa, hanya ketam pipi dilengkapi dengan mata ketam kembar dan pisau muka serta pengatur Iebar dan pengatur dalam yang dipasang di pinggir rumah ketamnya.
Ketam pipi dipargunakan untuk pekerjaan mengetam pipi papan paniI yang dimiringkan dalam istilah Iain untuk mengetam “bossing” di mana ketam ini dapat memotong urat kayu karena adanya pisau muka yang berfungsi sebagai pemotong urat kayu. Selain itu, menyayat urat kayu dapat dikerjakan Iebih mudah.
2.9. Ketam Les
Ketam les ini disebut pula ketam profil, termasuk dalam golongan ketam yang bersifat tetap. Yang biasa dipakai bentuknya bermacam-macam.
Baji sebagai peneguh kedudukan mata ketam dibuat pada bagian bawah, sehingga sisa pengetaman dapat keluar di sebelah kanan ketam.
Sesuai dengan namanya ketam les dipergunakan untuk membentuk bidang sudut permukaan kayu sesuai dengan bentuk les / profil dari ketam les yang dikehendaki. (gambar 1.69 ).
Adapun pekerjaan yang selalu diberi les / profil seperti figura, ambang tiang kusen, daun pintu / jendela dan Iain-lain.
2.10 Ketam Alur Dan Lidah
Mata ketam alur dan Iidah ini berpasangan, ukuran ketamnya tidak berubah-ubah / barsifat tetap sesuai dengan bentuk mata ketamnya. (gambar 1.71). Mata ketam alur bentuknya hampir sama dengan mata ketam bajak, di mana pada bagian pinggir kokoh pasangannya. Sedang mata ketam lidah pada arah lebar digerakkan sedikit, ukuran mata ketam lebarnya disesuaikan dengan tebal papan yang akan dikerjakan.
Ukuran ketam alur dan lidah ini masing-masing
mulai dari 1/4″ sampai 11/2″ dengan kenaika ukuran berturut-turut 0,25 inci.
Ketam alur dan Iidah dipergunakan dalam pekerjaan-pekerjaan membuat sambungan. MemperIebar papan, misalnya papan gambar, papan panil, papan meja, dinding papan, Iantai tingkat dan sebagainya.
2.11 Ketam Tungkat
Rumah ketam dibuat dari baja tuang yang dilengkapi dengan sekrup untuk mengokohkan kedudukan Iidah dan mata ketam. Ketam tungkat mampunyai telapak yang pendek dan pada kedua sisinya terdapat dua buah pegangan tangan (gambar 1.72A dan1.72B) .
Ketam tungkat dipergunakan untuk mengetam bulat panjang, sisi Iengkung sisi cekung, baik yang buntu ataupun Iangsung.
2.12. Ketam Dasar Rumah
Ketam dasar terdapat dua macam yaitu :
1. Rumah katam yang terbuat dari balokkayu.
2. Rumah katam yang tarbuat dari baja
Ketam dasar mini dilengkapi dengan pengatur mata ketam dari sengkang baut mur kupu-kupu untuk mengokohkan mata ketamnya. Mata katam pada bagian bawahnya dibengkokkan membuat sudut 75° sehingga kayu pekerjaan benar-benar dapat terpotong olehnya.
Ketam dasar dapat dipergunakan untuk pekerjaan membersihkan / menghaluskan Iubang alur melintang, cowakan tembus dan buntu, cowakan liku-liku (zig-zag) dan sebagainya, seperti terdapat dalam konstruksi tangga dari kayu atau pada pekerjaan perkakas rumah tangga (gambar 1.74).
2.13. Ketam Gigi
Rumah ketam gigi mempunyai bentuk hampir sama dengan ketam pendek biasa, perbedaannya yaitu ketam gigi mata ketamnya dipasang tegak Iurus di atas telapak ketam. Pada mata ketam sebelah mukanya terdapat permukaan bidang berbentuk huruf V, maka disebut ketam gigi. Bila diasah akan terjadi mata sayatan yang bergigi (gambar 1.75).
Kegunaan dari ketam gigi yaitu untuk mengikis permukaan kayu yang berurat / berserat bolak-balik. Juga untuk mengetam sisi permukaan yang akan disambungkan dengan jalan direkat / dilem, agar perekat / lem dapat Iebih meresap ke dalam kayu dan sambungan akan terjadi rapat dan kuat.
Sabtu, 03 Desember 2011
ILMU BANGUNAN
Bangunan
Bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi. Umumnya sebuah peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik teknik bangunan maupun sarana dan prasarana yang dibuat ataupun ditinggalkan oleh manusia dalam perjalanan sejarahnya.
Karena bangunan berkaitan dengan kemajuan peradaban manusia, maka dalam perjalanannya, manusia memerlukan ilmu atau teknik yang berkaitan dengan bangunan atau yang menunjang dalam membuat suatu bangunan. Perkembangan Ilmu pengetahuan tidak terlepas dari hal tersebut seperti halnya arsitektur, teknik sipil yang berkaitan dengan bangunan. Bahkan penggunaan trigonometri dalam matematika juga berkaitan dengan bangunan yang diduga digunakan pada masa Mesir kuno dalam membangun Piramida. Bahkan pada masa sekarang, bangunan bangunan berupa gedung tinggi dianggap merupakan ciri kemajuan peradaban manusia.
Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana dan prasarana ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Seperti halnya memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan kayu. Kemudian setelah ditemukan bahan bahan tambang yang dapat digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang sebuah bangunan seperti halnya barang logam dan mengolah bahan bahan alam seperti mengolah batuan kapur, pasir dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia membuat bahan bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang bahan-bahannya bakunya diambil dari alam.
Bahan-bahan bangunan
Umumnya bahan bangunan yang digunakan manusia antara lain: batu, pasir, kayu, batu-bata, semen, asbes, besi, baja.
RAB
PENGETIAN RENCANA ANGGARAN BAIAYA
Anggaran biaya merupakan harga dari bahan bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda- beda di masing- masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.
Anggaran biaya merupakan harga dari bahan bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda- beda di masing- masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.
Sebagai contoh misalnya harga bahan dan upah tenaga kerja di Padang berbeda dengan harga bahan dan upah tenaga kerja di Medan, Pekan baru, Palembang, Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Dalam menyusun Anggaran Biaya dapat dilakukan dengan 2 cara berikut :
Sebagai Pedoman dalam menyusun anggaran biaya kasar digunakan harga satuan tiap meter persegi (mk2) luas lantai. Anggaran kasar dipakai sebagai pedoman terhadap anggaran biaya yang dihitung secara teliti.
Walaupun namanya anggaran biaya kasar, namun harga satuan tiap m2 luas lantai tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti.
Dibawah ini diberikan sekedar contoh, untuk dapat menggambarkan penyusunan anggaran biaya kasar yaitu :
Bangunan Induk 10 X 8 = 80 m2 dikalikan harga satuan yaitu Rp Rp 150.000 = Rp 12.000.000
Jadi dapat disimpulkan adalah harga perm2 bangunan induk tsb adalah Rp 12.000.000 perm2 nya
2 .ANGKA BIAYA TELITI
Yang dimaksud anggaran biaya teliti adalah Anggaran Biaya Bangunan atau proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat sesuai dengan ketentuan dan syarat- syarat penyusunan anggaran biaya. Pada anggaran biaya kasar sebagaimana diuraiakan terdahulu, harga satuan dihitung berdasarkan harga taksiran setiap luas lantai m2. Taksiran tsb haruslah berdasarkan harga yang wajar dan tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti.
Sedangkan penyusunan anggaran biaya yang dihitung secara teliti,didasarkan atau didukung oleh :
a. Besteks
Gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat- syarat teknis
Sedangkan penyusunan anggaran biaya yang dihitung secara teliti,didasarkan atau didukung oleh :
a. Besteks
Gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat- syarat teknis
b. Gambar bestek
Gunanya untuk menetukan/menghitung besarnya masing- masing volume pekerjaan
c. Harga Satuan pekerjaan
Didapat dari harga satuan bahan dan harga satuan upah berdasarkanperhitungan analisa BOW
BOW Singkatan dari Bugerlijke Openbare Werken ialah suatu ketentuan dan ketetapan umum yang ditentukan oleh Dir BOW tanggal 28 Februari 1921 Nomor 5372 A Pada zaman pemerintahan Belanda. Di Zaman sekarang BOW diganti dengan HSPK, yang tentunya tiap kota maupun kabupaten mengeluarkan HSPK dan setiap tahun ada pergantian.
PEMBESIAN
Pekerjaan Pembesian
BAHAN-BAHAN/ PRODUK
2.1. Bahan-bahan
A. Tulangan
Sediakan tulangan berulir mutu U-39, sesuai dengan SII 0136-84 dantulangan polos mutu U-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakanpada gambar-gambar struktur. Tulangan dengan diameter < 10 mm harusbaja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2
B. Tulangan Anyaman (Wire mesh) Sediakan tulangan anyaman, mutu U-50,
mengikuti SII 0784-83.
C. Penunjang/ dudukan tulangan (Bar support) Dudukan tulangan haruslah tahu
beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat yang ditanamkan, atau
individual high chairs.
D.Bolster n,c hairs,spac ers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk
mengatur jarak.
1Pakailah besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI (Concrete
Reinforcing Steel Institute), kecuali diperlihatkan lain pada gambar.
2Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak
direkomendasi.
3Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau“horizontal runners” dimana bahan dasar tidak akan langsungmenunjang batang kursi (chair legs) atau pakai lantai kerja yang rata.
4Untuk betoneks pos ed, dimana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan “hot-dip-
galvanized” atau penunjang yang dilindungi plastik.
E. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak.
2.2. Jaminan Mutu
A.Kecuali pada kondisi tertentu, bahan-bahan baja tulangan tersebut harus
dari produk yang sama.
B.Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) untuk semua
tulangan yang dipakai harus diperlihatkan.
2.3.Persiapan Pekerjaan / Perakitan Tulangan
A.Pembengkokkan dan pembentukan. Pemasangan dan pembengkokkantulangan harus sedemikan rupa sehingga posisi dari tulangan sesuaidengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempatselama pengecoran berlangsung.
B.Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.
C. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan PBI 1971 atau A.C.I.315.
2.4.Pengiriman, penyimpanan dan penanganannya
A.Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai denganetiket / label yang mncantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.
B. Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk menghindarai kerusakan.Gudang harus kering, bagus saluran-salurannya, dan terlindung darilumpur, kotoran, karat dsb.
PELAKSANAAN
3.1. Persiapan
Pembersihan
Sebelum pengecoran beton, tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulitgiling (mill steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangidaya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau padasambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
B. Pemilihan/ seleksi tulangan yang tidak memenuhi syaratharus ditolak dari
lapangan
3.2. Pemasangan Tulangan
A. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI-71 koordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakauntuk menghindari keterlabatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada
lubang-lubang (openings)/ bukaan.
B. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
1Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang padaposisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakanspace rs/penjaga jarak.
2Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untukmemperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton denganpenjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat(seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit samadengan mutu beton yang akan dicor.
4.Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutupbeton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yangterbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu betonyang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blokpersegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4
buah setiap m
2
cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini
harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harusditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atauditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blokbeton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadapketepatanletak dari tulangan balok yang berbatasan.
C. Toleransi pada pemasangan tulangan.
1Terhadap selimut beton (selimut beton) : + 50 mm2Jarak terkecil pemisah antara batangan : + 25 mm3Tulangan atas pada pelat dan balok :
-balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : + 25 mm
-balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : + 50
mm.
-Balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : + 100 mm
-Panjang batang: + 50 mm
4.Toleransi pada pemasangan ; lainnya sesuai PBI’71
D. Pembengkokan Tulangan, sesuai dengan PBI’71
1Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara
yang merusak tulangan itu seperti misalnya dipanaskan.
2Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskankembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokansebelumnya.
3Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak bolehdibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan didalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
4Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos
atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi
tidak boleh mencapai suhu lebih dari 8500
C.
6Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan
dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan diatas 1000
Cyang bukan pada waktu dilas, maka dalam perhitungan-perhitungansebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidakmengalami pengerjaan dingin.
7Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila diijinkan oleh perencana.
8Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
9Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalamjarak 8 kali diameter (diameterpengenal) batang dari setiap bagianbengkokan.
. Toleransi pada potongan dan pembengkokan tulangan
1.Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai denganyangditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransiyang disyaratkan oleh Perencana. Apabila tidak ditetapkan olehPerencana, pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkantoleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2.Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran danterhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkokditetapkan toleransi sebesar + 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkandalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang diserahkanmenurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan – 25 mm.
3.Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkantoleransi sebesar + 10 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar +25 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.
4.Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar + 6 mm.
F. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.
1.Baja tulangan mutu U – 24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran
= 40kali diameter dengan kait
Panjang penyaluran
= 40 kali diameter dengan kait.
2.Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)
Panjang penjangkaran
= 40 kali diameter tanpa kait
Panjang penyaluran
= 40 kali diameter tanpa kait.
3.Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi teganganterbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat betonharus diadakan ditengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan.Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan
BAHAN-BAHAN/ PRODUK
2.1. Bahan-bahan
A. Tulangan
Sediakan tulangan berulir mutu U-39, sesuai dengan SII 0136-84 dantulangan polos mutu U-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakanpada gambar-gambar struktur. Tulangan dengan diameter < 10 mm harusbaja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2
B. Tulangan Anyaman (Wire mesh) Sediakan tulangan anyaman, mutu U-50,
mengikuti SII 0784-83.
C. Penunjang/ dudukan tulangan (Bar support) Dudukan tulangan haruslah tahu
beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat yang ditanamkan, atau
individual high chairs.
D.Bolster n,c hairs,spac ers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk
mengatur jarak.
1Pakailah besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI (Concrete
Reinforcing Steel Institute), kecuali diperlihatkan lain pada gambar.
2Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak
direkomendasi.
3Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau“horizontal runners” dimana bahan dasar tidak akan langsungmenunjang batang kursi (chair legs) atau pakai lantai kerja yang rata.
4Untuk betoneks pos ed, dimana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan “hot-dip-
galvanized” atau penunjang yang dilindungi plastik.
E. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak.
2.2. Jaminan Mutu
A.Kecuali pada kondisi tertentu, bahan-bahan baja tulangan tersebut harus
dari produk yang sama.
B.Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) untuk semua
tulangan yang dipakai harus diperlihatkan.
2.3.Persiapan Pekerjaan / Perakitan Tulangan
A.Pembengkokkan dan pembentukan. Pemasangan dan pembengkokkantulangan harus sedemikan rupa sehingga posisi dari tulangan sesuaidengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempatselama pengecoran berlangsung.
B.Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.
C. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan PBI 1971 atau A.C.I.315.
2.4.Pengiriman, penyimpanan dan penanganannya
A.Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai denganetiket / label yang mncantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.
B. Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk menghindarai kerusakan.Gudang harus kering, bagus saluran-salurannya, dan terlindung darilumpur, kotoran, karat dsb.
PELAKSANAAN
3.1. Persiapan
Pembersihan
Sebelum pengecoran beton, tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulitgiling (mill steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangidaya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau padasambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
B. Pemilihan/ seleksi tulangan yang tidak memenuhi syaratharus ditolak dari
lapangan
3.2. Pemasangan Tulangan
A. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI-71 koordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakauntuk menghindari keterlabatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada
lubang-lubang (openings)/ bukaan.
B. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
1Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang padaposisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakanspace rs/penjaga jarak.
2Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untukmemperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton denganpenjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat(seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit samadengan mutu beton yang akan dicor.
4.Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutupbeton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yangterbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu betonyang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blokpersegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4
buah setiap m
2
cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini
harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harusditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atauditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blokbeton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadapketepatanletak dari tulangan balok yang berbatasan.
C. Toleransi pada pemasangan tulangan.
1Terhadap selimut beton (selimut beton) : + 50 mm2Jarak terkecil pemisah antara batangan : + 25 mm3Tulangan atas pada pelat dan balok :
-balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : + 25 mm
-balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : + 50
mm.
-Balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : + 100 mm
-Panjang batang: + 50 mm
4.Toleransi pada pemasangan ; lainnya sesuai PBI’71
D. Pembengkokan Tulangan, sesuai dengan PBI’71
1Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara
yang merusak tulangan itu seperti misalnya dipanaskan.
2Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskankembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokansebelumnya.
3Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak bolehdibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan didalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
4Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos
atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi
tidak boleh mencapai suhu lebih dari 8500
C.
6Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan
dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan diatas 1000
Cyang bukan pada waktu dilas, maka dalam perhitungan-perhitungansebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidakmengalami pengerjaan dingin.
7Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila diijinkan oleh perencana.
8Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
9Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalamjarak 8 kali diameter (diameterpengenal) batang dari setiap bagianbengkokan.
. Toleransi pada potongan dan pembengkokan tulangan
1.Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai denganyangditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransiyang disyaratkan oleh Perencana. Apabila tidak ditetapkan olehPerencana, pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkantoleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2.Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran danterhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkokditetapkan toleransi sebesar + 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkandalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang diserahkanmenurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan – 25 mm.
3.Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkantoleransi sebesar + 10 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar +25 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.
4.Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar + 6 mm.
F. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.
1.Baja tulangan mutu U – 24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran
= 40kali diameter dengan kait
Panjang penyaluran
= 40 kali diameter dengan kait.
2.Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)
Panjang penjangkaran
= 40 kali diameter tanpa kait
Panjang penyaluran
= 40 kali diameter tanpa kait.
3.Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi teganganterbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat betonharus diadakan ditengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan.Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan
AUTOCAD
Pengertian Autocad
AutoCAD merupakan sebuah program yang biasa digunakan untuk tujuan tertentu dalam menggambar serta merancang dengan bantuan komputer dalam pembentukan model serta ukuran dua dan tiga dimensi atau lebih dikenali sebagai “Computer-aided drafting and design program” (CAD). Program ini dapat digunakan dalam semua bidang kerja terutama sekali dalam bidang-bidang yang memerlukan keterampilan khusus seperti bidang Mekanikal Engineering, Sipil, Arsitektur, Desain Grafik, dan semua bidang yang berkaitan dengan penggunaan CAD.
Sistem program gambar dapat membantu komputer ini akan memberikan kemudahan dalam penghasilan model yang tepat untuk memenuhi keperluan khusus di samping segala informasi di dalam ukuran yang bisa digunakan dalam bentuk laporan, Penilaian Bahan (BOM), fungsi sederhana dan bentuk numerial dan sebagainya. Dengan bantuan sistem ini dapat menghasilkan sesuatu kerja pada tahap keahlian dan yang tinggi ketepatan di samping menghemat waktu dengan hanya perlu memberi beberapa petunjuk serta cara yang mudah.
Gambar yang dibentuk melalui program autocad dapt diubah bentuk-nya untuk keperluan grafik yang lain melalui beberapa format seperti DXF ( Data Exchanged File), IGES, dan SLD. Tambahan pula membantu program ini juga, berkemampuan untuk membentuk dan menganalisa model pepejal dalam kerja-kerja rekabentuk kejuruteraan. Untuk memenuhi keperluan yang lebih canggih, perisian ini mampu membawa pengguna mengautomasikan kerja-kerja penggunaan pengaturcaraan sokongan seperti LISP, dan ADS untuk membentuk arahan tambahan tersendiri.
Sebelum sesuatu kerja dilakukan, asas mengetahui sesuatu sistem perkomputeran beroperasi adalah penting bagi memudahkan segala kerja yang dilakukan supaya tidak timbul sebarang masalah sama ada sebelum atau selepas penggunaan sistem tersebut.Oleh itu, perkara asas yang perlu diketahui sebelum pengendalian sesuatu komputer adalah seperti pengetahuan dalam penggunaan sistem operasi (operating system), penggunaan “hardware” dan “software”. Saya akan menceritakan lebih lanjut serta menerangkan secara ringkas beberapa perkara penting yang perlu diambil perhatian sebelum perisian grafik ini dijalankan dalam pos saya yang akan datang.
Jumat, 16 September 2011
SURVEY
CARA PENGGUNAAN THEODOLITE
1.Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2.Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.
Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3.Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
1.Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.
2.Sumbu Kedua haarus benar – benar mendatar.
3.Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4.Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
1.Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap.
Sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.
2.Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros sebagai sumbu putar.
Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius.
3. Theodolite Elektro Optis
Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara theodolite optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan system lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama system analogdan kemudian harus ditransfer ke system angka digital. Proses penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka decimal.
Cara kerja penyiapan alat theodolita antara lain :
1.Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2.Tinggikan setinggi dada
3.Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4.Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5.Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6.Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7.Letakkan theodolite di tribar plat
8.Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite
9.Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
10.Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
11.Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
12.Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding.
13.Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha index tersebut.
Theodolite SOKKIA TM20E pandangan dari belakang
KETERANGAN :
1. .Tombol micrometer 13. Sekrup koreksi Nivo tabung
2. Sekrup penggerak halus vertical 14. Reflektor cahaya
3. Sekrup pengunci penggerak vertical 15. Tanda ketinggian alat
4. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Slot penjepit
5. Sekrup penggerak halus horizontal 17. Sekrup pengunci Nivo Tabung Telescop
6. Sekrup pendatar Nivo 18. Nivo Tabung Telescop
7. Plat dasar 19. Pemantul cahaya penglihatan Nivo
8. Pengunci limbus 20. Visir Collimator
9. Sekrup pengunci nonius 21. Lensa micrometer
10.Sekrup penggerak halus nonius 22. Ring focus benang diafragma
11.Ring pengatur posisi horizontal 23. Lensa okuler
12. Nivo tabung 24. Ring focus okuler
Theodolite SOKKIA TM1A pandangan dari samping kanan
KETERANGAN :
1. Ring focus objektif 10. Slot Penjepit
2. Ring bantalan lensa okuler 11. Pengunci limbus
3. Lensa okuler 12. Reflektor cahaya
4. Penutup Koreksi reticle 13. Nivo tabung
5. Sekrup pengunci penggerak vertical 14. Sekrup koreksi Nivo tabung
6. Sekrup Pengatur bacaan Horizontal dan vertical 15. Nivo kotak
7. Sekrup penggerak halus vertikal 16. Sekrup pendatar Nivo
8. Pengunci limbus 17. Plat dasar
9. Tanda ketinggian alat
Theodolite SOKKIA TM1A pandangan dari samping kiri
KETERANGAN :
1. Visir Collimator 11. Penutup Koreksi reticle
2. Lensa objektif 12. Ring bantalan lensa okuler
3. Sekrup pengatur bacaan horizontal dan vertical 13. Ring focus benang diafragma
4. Nivo tabung 14. Lensa okuler
5. Sekrup koreksi Nivo tabung 15. Lensa micrometer
6. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Ring focus micrometer
7. Nivo kotak 17. Sekrup pengunci penggerak vertical
8. Sekrup pendatar Nivo 18. Tombol micrometer
9. Plat dasar 19. Sekrup penggerak halus vertical
10. Ring focus objektif 20. Sekrup penggerak halus horizontal
- PENGERTIAN
- KONSTRUKSI THEODOLITE
1.Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2.Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.
Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3.Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
- SISTEM SUMBU / POROS PADA THEODOLITE
- SYARAT – SYARAT THEODOLITE
1.Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.
2.Sumbu Kedua haarus benar – benar mendatar.
3.Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4.Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
- MACAM – MACAM THEODOLIT
1.Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap.
Sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.
2.Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros sebagai sumbu putar.
Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius.
3. Theodolite Elektro Optis
Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara theodolite optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan system lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama system analogdan kemudian harus ditransfer ke system angka digital. Proses penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka decimal.
- PENGOPERASIAN THEODOLITE
Cara kerja penyiapan alat theodolita antara lain :
1.Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2.Tinggikan setinggi dada
3.Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4.Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5.Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6.Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7.Letakkan theodolite di tribar plat
8.Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite
9.Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
10.Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
11.Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
12.Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding.
13.Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha index tersebut.
Theodolite SOKKIA TM20E pandangan dari belakang
KETERANGAN :
1. .Tombol micrometer 13. Sekrup koreksi Nivo tabung
2. Sekrup penggerak halus vertical 14. Reflektor cahaya
3. Sekrup pengunci penggerak vertical 15. Tanda ketinggian alat
4. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Slot penjepit
5. Sekrup penggerak halus horizontal 17. Sekrup pengunci Nivo Tabung Telescop
6. Sekrup pendatar Nivo 18. Nivo Tabung Telescop
7. Plat dasar 19. Pemantul cahaya penglihatan Nivo
8. Pengunci limbus 20. Visir Collimator
9. Sekrup pengunci nonius 21. Lensa micrometer
10.Sekrup penggerak halus nonius 22. Ring focus benang diafragma
11.Ring pengatur posisi horizontal 23. Lensa okuler
12. Nivo tabung 24. Ring focus okuler
Theodolite SOKKIA TM1A pandangan dari samping kanan
KETERANGAN :
1. Ring focus objektif 10. Slot Penjepit
2. Ring bantalan lensa okuler 11. Pengunci limbus
3. Lensa okuler 12. Reflektor cahaya
4. Penutup Koreksi reticle 13. Nivo tabung
5. Sekrup pengunci penggerak vertical 14. Sekrup koreksi Nivo tabung
6. Sekrup Pengatur bacaan Horizontal dan vertical 15. Nivo kotak
7. Sekrup penggerak halus vertikal 16. Sekrup pendatar Nivo
8. Pengunci limbus 17. Plat dasar
9. Tanda ketinggian alat
Theodolite SOKKIA TM1A pandangan dari samping kiri
KETERANGAN :
1. Visir Collimator 11. Penutup Koreksi reticle
2. Lensa objektif 12. Ring bantalan lensa okuler
3. Sekrup pengatur bacaan horizontal dan vertical 13. Ring focus benang diafragma
4. Nivo tabung 14. Lensa okuler
5. Sekrup koreksi Nivo tabung 15. Lensa micrometer
6. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Ring focus micrometer
7. Nivo kotak 17. Sekrup pengunci penggerak vertical
8. Sekrup pendatar Nivo 18. Tombol micrometer
9. Plat dasar 19. Sekrup penggerak halus vertical
10. Ring focus objektif 20. Sekrup penggerak halus horizontal
Langganan:
Postingan (Atom)